I. Pendahuluan
Narkoba adalah zat-zat yang mengubah mood seseorang
(mood altering substance). Saat menggunakan narkoba, mood, perasaan, serta
emosi seseorang ikut terpengaruh. Salah satu efek yang diciptakan oleh narkoba
adalah perubahan mood. Narkoba dapat mengakibatkan ekstrimnya perasaan, mood
atau emosi penggunanya. Jenis-jenis narkoba tertentu, terutama alkohol dan
jenis-jenis narkoba yang termasuk dalam kelompok uppers seperti Shabu-shabu,
dapat memunculkan perilaku agresif yang berlebihan dari si pengguna, dan
seringkali mengakibatkannya melakukan perilaku atau tindakan kekerasan.
Terutama bila orang tersebut pada dasarnya memang orang yang emosional dan
bertemperamen panas.
Ini mengakibatkan tingginya domestic violence dan
perilaku abusive dalam keluarga seorang alkoholik atau pengguna Shabu-shabu.
Karena pikiran yang terobsesi oleh narkoba dan penggunaan narkoba, maka ia
tidak akan takut untuk melakukan tindakan kekerasan terhadap orang-orang yang
mencoba menghalaginya untuk menggunakan narkoba. Emosi seorang pecandu narkoba
sangat labil dan bisa berubah kapan saja. Satu saat tampaknya ia baik-baik
saja, tetapi di bawah pengaruh narkoba semenit kemudian ia bisa berubah menjadi
orang yang seperti kesetanan, mengamuk, melempar barang-barang, dan bahkan memukuli
siapapun yang ada di dekatnya. Hal ini sangat umum terjadi di keluarga seorang
alkoholik atau pengguna Shabu-shabu. Mereka tidak segan-segan memukul istri
atau anak-anak bahkan orangtua mereka sendiri. Karena melakukan semua tindakan
kekerasan itu di bawah pengaruh narkoba, maka terkadang ia tidak ingat apa yang
telah dilakukannya.
Saat seseorang menjadi pecandu, ada suatu kepribadian
baru yang muncul dalam dirinya, yaitu kepribadian pecandu atau kepribadian si
junkie. Kepribadian yang baru ini tidak peduli terhadap orang lain,
satu-satunya hal yang penting baginya adalah bagaimana cara agar ia tetap bisa
terus menggunakan narkoba. Ini sebabnya mengapa ada perubahan emosional yang
tampak jelas dalam diri seorang pecandu. Seorang anak yang tadinya selalu
bersikap manis, sopan, riang, dan jujur berubah total mejadi seorang pecandu
yang brengsek, pemurung, penyendiri, dan jago berbohong dan mencuri.
Adiksi terhadap narkoba
membuat seseorang kehilangan kendali terhadap emosinya. Seorang pecandu acapkali bertindak secara impuls, mengikuti dorongan
emosi apapun yang muncul dalam dirinya. Dan perubahan yang muncul ini bukan
perubahan ringan, karena pecandu adalah orang-orang yang memiliki perasaan dan
emosi yang sangat mendalam. Para pecandu
seringkali diselimuti oleh perasaan bersalah, perasaan tidak berguna, dan
depresi mendalam yang seringkali membuatnya berpikir untuk melakukan tindakan
bunuh diri.
Perasaan-perasaan ini pulalah
yang membuatnya ingin terus menggunakan, karena salah satu efek narkoba adalah
mematikan perasaan dan emosi kita. Di bawah pengaruh
narkoba, ia dapat merasa senang dan nyaman, tanpa harus merasakan
perasaan-perasaan yang tidak mengenakkan. Tetapi… perasaan-perasaan ini tidak
hilang begitu saja, melainkan ‘terkubur hidup-hidup’ di dalam diri kita. Dan
saat si pecandu berhenti menggunakan narkoba, perasaan-perasaan yang selama ini
‘mati’ atau ‘terkubur’ dalam dirinya kembali bangkit, dan di saat-saat seperti
inilah pecandu membutuhkan suatu program pemulihan, untuk membantunya menghadapi
dan mengatasi perasaan-perasaan sulit itu.
Satu hal juga yang perlu diketahui adalah bahwa salah
satu dampak buruk narkoba adalah mengakibatkan pecandu memiliki suatu retardasi
mental dan emosional. Contoh seorang pecandu berusia 16 tahun saat ia pertama kali
menggunakan narkoba, dan saat ia berusia 26 tahun ia berhenti menggunakan
narkoba. Memang secara fisik ia berusia 26 tahun, tetapi sebenarnya usia mental
dan emosionalnya adalah 16 tahun. Ada
10 tahun yang ‘hilang’ saat ia menggunakan narkoba. Ini juga sebabnya mengapa
ia tidak memiliki pola pikir dan kestabilan emosi seperti layaknya orang-orang
lain seusianya.
Narkotika dan obat terlarang serta zat
adiktif / psikotropika dapat menyebabkan efek dan dampak negatif bagi
pemakainya. Danmpak yang negatif itu sudah pasti merugikan dan sangat buruk
efeknya bagi kesehatan mental dan fisik.
Meskipun demikian terkadang beberapa jenis
obat masih dipakai dalam dunia kedokteran, namun hanya diberikan bagi
pasien-pasien tertentu, bukan untuk dikonsumsi secara umum dan bebas oleh
masyarakat. Oleh karena itu obat dan narkotik yang disalahgunakan dapat
menimbulkan berbagai akibat yang beraneka ragam.
A.
Dampak Tidak Langsung Narkoba
Yang Disalahgunakan
1.
Akan banyak uang yang
dibutuhkan untuk penyembuhan dan perawatan kesehatan pecandu jika tubuhnya
rusak digerogoti zat beracun.
2.
Dikucilkan dalam masyarakat dan
pergaulan orang baik-baik. Selain itu biasanya tukang candu narkoba akan
bersikap anti sosial.
3.
Keluarga akan malu besar karena
punya anggota keluarga yang memakai zat terlarang.
4.
Kesempatan belajar hilang dan
mungkin dapat dikeluarkan dari sekolah atau perguruan tinggi alias DO / drop
out.
5.
Tidak dipercaya lagi oleh orang
lain karena umumnya pecandu narkoba akan gemar berbohong dan melakukan tindak
kriminal.
6.
Dosa akan terus bertambah
karena lupa akan kewajiban Tuhan serta menjalani kehidupan yang dilarang oleh
ajaran agamanya.
7.
Bisa dijebloskan ke dalam
tembok derita / penjara yang sangat menyiksa lahir batin.
Biasanya setelah seorang pecandu sembuh dan
sudah sadar dari mimpi-mimpinya maka ia baru akan menyesali semua perbuatannya
yang bodoh dan banyak waktu serta kesempatan yang hilang tanpa disadarinya.
Terlebih jika sadarnya ketika berada di penjara. Segala caci-maki dan kutukan
akan dilontarkan kepada benda haram tersebut, namun semua telah terlambat dan
berakhir tanpa bisa berbuat apa-apa.
B.
Dampak Langsung Narkoba Bagi
Jasmani / Tubuh Manusia
1.
Gangguan pada jantung
2.
Gangguan pada hemoprosik
3.
Gangguan pada traktur urinarius
4.
Gangguan pada otak
5.
Gangguan pada tulang
6.
Gangguan pada pembuluh darah
7.
Gangguan pada endorin
8.
Gangguan pada kulit
9.
Gangguan pada sistem syaraf
10.
Gangguan pada paru-paru
11.
Gangguan pada sistem pencernaan
12.
Dapat terinfeksi penyakit
menular berbahaya seperti HIV AIDS, Hepatitis, Herpes, TBC, dll.
13.
Dan banyak dampak lainnya yang
merugikan badan manusia.
C.
Dampak Langsung Narkoba Bagi
Kejiwaan / Mental Manusia
1.
Menyebabkan depresi mental.
2.
Menyebabkan gangguan jiwa berat
/ psikotik.
3.
Menyebabkan bunuh diri
4.
Menyebabkan melakukan tindak
kejehatan, kekerasan dan pengrusakan.
Efek depresi bisa ditimbulkan akibat kecaman
keluarga, teman dan masyarakat atau kegagalan dalam mencoba berhenti memakai
narkoba. Namun orang normal yang depresi dapat menjadi pemakai narkoba karena
mereka berpikir bahwa narkoba dapat mengatasi dan melupakan masalah dirinya,
akan tetapi semua itu tidak benar.
Salah satu akibat narkotika adalah mempengaruhi kerja otak.
Pemakaian narkoba sangat mempengaruhi kerja otak yang berfungsi sebagai pusat
kendali tubuh dan mempengaruhi seluruh fungsi tubuh. Karena bekerja pada otak,
narkoba mengubah suasana perasaan, cara berpikir, kesadaran dan perilaku
pemakainya. Itulah sebabnya narkoba disebut zat psikoaktif.
Menurut Laurensius Daniel Agen, SKM, Dosen
Akper Darma Insan Pontianak, ada beberapa macam pengaruh narkoba pada kerja
otak. Ada yang
menghambat kerja otak, disebut depresansia, sehingga kesadaran menurun dan
timbul kantuk. Contoh golongan ini adalah opioida yang di masyarakat awan
dikenal dengan candu, morfin, heroin dan petidin. Kemudian obat penenang atau
obat tidur (sedativa dan hipnotika) seperti pil BK, Lexo, Rohyp, MG dan
sebagainya, serta alkohol.
Namun ada pula narkoba yang memacu kerja
otak, disebut stimulansia, sehingga timbul rasa segar dan semangat, percaya
diri meningkat, hubungan dengan orang lain menjadi akrab. Akan tetapi
menyebabkan tidak bisa tidur, gelisah, jantung berdebar lebih cepat dan tekanan
darah meningkat. Contohnya adalah amfetamin, ekstasi, shabu, kokain, dan
nikotin yang terdapat dalam tembakau. Ada
pula narkoba yang menyebabkan khayal, disebut halusinogenika. Contoh LSD. Ganja
menimbulkan berbagai pengaruh, seperti berubahnya persepsi waktu dan ruang,
serta meningkatnya daya khayal, sehingga ganja dapat digolongkan sebagai
halusinogenika.
Agen mengatakan, dalam sel otak terdapat bermacam-macam
zat kimia yang disebut neurotransmitter. Zat kimia ini bekerja pada sambungan
sel saraf yang satu dengan sel saraf lainnya (sinaps). Beberapa di antara
neurotransmitter itu mirip dengan beberapa jenis narkoba. Semua zat psikoaktif
(narkotika, psikotropika dan bahan adiktif lain) dapat mengubah perilaku,
perasaan dan pikiran seseorang melalui pengaruhnya terhadap salah satu atau
beberapa neurotransmitter. Neurotransmitter yang paling berperan dalam
terjadinya ketergantungan adalah dopamin.
Bagian otak yang bertanggung jawab atas
kehidupan perasaan adalah sistem limbus. Hipotalamus adalah bagian dari sistem
limbus, sebagai pusat kenikmatan. Jika narkoba masuk ke dalam tubuh, dengan
cara ditelan, dihirup, atau disuntikkan, maka narkoba mengubah susunan
biokimiawi neurotransmitter pada sistem limbus. Karena ada asupan narkoba dari
luar, produksi dalam tubuh terhenti atau terganggu, sehingga ia akan selalu
membutuhkan narkoba dari luar.
“Yang terjadi pada ketergantungan adalah
semacam pembelajaran sel-sel otak pada pusat kenikmatan. Jika mengonsumsi
narkoba, otak membaca tanggapan orang itu. Jika merasa nyaman, otak
mengeluarkan neurotransmitter dopamin dan akan memberikan kesan menyenangkan.
Jika memakai narkoba lagi, orang kembali merasa nikmat seolah-olah kebutuhan
batinnya terpuaskan. Otak akan merekamnya sebagai sesuatu yang harus dicari
sebagai prioritas sebab menyenangkan. Akibatnya, otak membuat program salah,
seolah-olah orang itu memerlukannya sebagai kebutuhan pokok. Terjadi kecanduan
atau ketergantungan,” kata dia.
Pada ketergantungan, orang harus senantiasa
memakai narkoba, jika tidak, timbul gejala putus zat, jika pemakaiannya
dihentikan atau jumlahnya dikurangi. Gejalanya bergantung jenis narkoba yang
digunakan. Gejala putus opioida (heroin) mirip orang sakit flu berat, yaitu
hidung berair, keluar air mata, bulu badan berdiri, nyeri otot, mual, muntah,
diare, dan sulit tidur.
Narkoba juga mengganggu fungsi organ-organ
tubuh lain, seperti jantung, paru-paru, hati dan sistem reproduksi, sehingga
dapat timbul berbagai penyakit. Contoh: opioida menyebabkan sembelit, gangguan
menstruasi, dan impotensi. Jika memakai jarum suntik bergantian berisiko
tertular virus hepatitis B/C (penyakit radang hati). Juga berisiko tertular
HIV/AIDS yang menurunkan kekebalan tubuh, sehingga mudah terserang infeksi, dan
dapat menyebabkan kematian. Ganja menyebabkan hilangnya minat, daya ingat
terganggu, gangguan jiwa, bingung, depresi, serta menurunnya kesuburan.
Sedangkan kokain dapat menyebabkan tulang sekat hidung menipis atau berlubang,
hilangnya memori, gangguan jiwa, kerja jantung meningkat, dan serangan jantung.
Jadi, perasaan nikmat, rasa nyaman, tenang
atau rasa gembira yang dicari mula-mula oleh pemakai narkoba, harus dibayar
sangat mahal oleh dampak buruknya. Seperti ketergantungan, kerusakan berbagai
organ tubuh, berbagai macam penyakit, rusaknya hubungan dengan keluarga dan
teman-teman, rongrongan bahkan kebangkrutan keuangan, rusaknya kehidupan moral,
putus sekolah, pengangguran, serta hancurnya masa depan dirinya.
Akibat lain menurut dia adalah terancam
disfungsi seksual. Dalam hal ini narkoba mengakibatkan kecanduan yang sulit
diatasi karena adanya withdrawal syndrome yang dikenal sebagai “sakauw”.
Belakangan ini penyalahgunaannya semakin luas di kalangan masyarakat, baik muda
maupun tua. Banyak alasan dikemukakan. Dari sebagai gaya hidup, dibujuk orang lain agar
tergantung dan penjadi kemudian pelanggan tetap, sebagai pelarian dari masalah,
dan belakangan popular anggapan narkoba bisa meningkatkan fungsi seksual.
Anggapan itu tidak terbukti, sebaliknya dapat merusak fungsi seksual dan organ
tubuh yang lain.
Opiat yang menghasilkan heroin atau putauw
membuat perasaan pengguna seperti melayang, enak atau senang luar biasa
(euforia). Ganja atau mariyuana (kelompok halusinogenik) akibatkan timbulnya
halusinasi, sebagai pengguna tampak senang berkhayal. 40 – 60% pengguna
melaporkan efek samping yang tidak menyenangkan seperti muntah, sakit kepala,
tremor, otot terasa lemah, bingung, cemas, ingin bunuh diri dan lain-lain.
Sementara zat stimulant (ecstasy, shabu-shabu), zat terkandung di dalamnya
merangsang susunan syaraf pusat dan menimbulkan rangsangan fisik dan psikis.
Pengguna ecstasy bersemangat tinggi, selalu gembira, ingin bergerak terus,
sampai tak ingin tidur dan makan.
Penyalahgunaan narkoba mengakibatkan
gangguan fisik dan psikis. Semua tergantung jenis narkoba yang dipakai, cara
penggunaan dan lamanya penggunaan. Gangguan itu yang terjadi antara lain;
kerusakan otak, gangguan hati, ginjal, lambung, paru/pernafasan, jantung dan
pembuluh darah, penularan HIV/AIDS melalui jarum suntik yang dipakai
bergantian, kelumpuhan otot, gangguan neurologis, kehamilan, kelainan hormon,
dan kanker.
Sementara gangguan psikisnya adalah; sikap yang apatis, euforia,
emosi labil, depresi, kecurigaan yang tanpa dasar, kehilangan kontrol perilaku
sampai mengalami sakit jiwa. Akibat fisik dan psikis adalah kurang bisa
berhubungan sosial dengan orang lain, merugikan orang lain, contoh:
perkelahian, kecelakaan lalu lintas.
Narkoba, kata Agen, juga mengganggu fungsi
seksual reproduksi. Heroin, walaupun menimbulkan euforia, tetapi berpengaruh
buruk bagi fungsi seksual. Pada pria bisa menurunkan kadar hormon testosteron,
menurunnya dorongan seks, disfungsi ereksi dan hambatan ejakulasi. Pada wanita
menurunnya dorongan seksual, kegagalan orgasme, terhambatnya menstruasi,
gangguan kesuburan, mengecilnya payudara dan keluarnya cairan dari payudara.
Sedangkan Mariyuana selain menimbukan halusinasi berakibat buruk
pula bagi fungsi seksual.Pada pria, bisa membuat ukuran testis atau buah pelir
mengecil. Menurunnya kadar hormon testosteron, pembesaran payudara pria,
dorongan seksual menurun, disfungsi ereksi, gangguan pada sperma. Sementara
pada wanita bias mengakibatkan gangguan pada sel telur, hambatan menjadi hamil/
terhambatnya proses kelahiran, dorongan seksual menurun.
Ecstasy sendiri sifat stimulannya membuat
pengguna terus bersemangat tinggi, gembira, ingin gerak terus. Meskipun
menimbulkan pengaruh merangsang, tetapi tidak timbulkan efek positif bagi
fungsi seksual. Ecstasy meningkatkan pelepasan neurotransmitter dopamin di
dalam otak, yang kemudian merangsang perilaku seksual dan bisa mengakibatkan
hilangnya kemampuan untuk mengontrol perilaku seksual. Pengguna jadi berani
melakukan hubungan seks tanpa pikirkan resiko yang mungkin terjadi.
Sementara Depresan atau obat penenang dapat
pula berakibat buruk terhadap fungsi seksual. Penggunaan barbiturat menyebabkan
gangguan metabolisme testosteron dan estrogen. Pada pria bisa menurunkan
dorongan seksual dan disfungsi ereksi. Pada wanita mengakibarkan gangguan
menstruasi, dorongan seksual menurun dan sukar mencapai orgasme.
Oleh sebab itu lah, Agen mengingatkan agar generasi muda menjauhi
narkoba. Jangan sekali pun mencoba jika tak ingin terjerumus lebih dalam.
”Banyak hal positif yang bisa kita buat. Narkoba akan membunuh penggunanya
pelan-pelan,” tegas dia
DAMPAK FISIK
(whandi.net) Adaptasi biologis tubuh kita terhadap penggunaan
narkoba untuk jangka waktu yang lama bisa dibilang cukup ekstensif, terutama
dengan obat-obatan yang tergolong dalam kelompok downers. Tubuh kita bahkan
dapat berubah begitu banyak hingga sel-sel dan organ-organ tubuh kita menjadi
tergantung pada obat itu hanya untuk bisa berfungsi normal.
Salah satu contoh adaptasi biologis dapat dilihat dengan
alkohol. Alkohol mengganggu pelepasan dari beberapa transmisi syaraf di otak.
Alkohol juga meningkatkan cytocell dan mitokondria yang ada di dalam liver
untuk menetralisir zat-zat yang masuk. Sel-sel tubuh ini menjadi tergantung
pada alcohol untuk menjaga keseimbangan baru ini.
Tetapi, bila penggunaan narkoba dihentikan, ini akan
mengubah semua susunan dan keseimbangan kimia tubuh. Mungkin akan ada kelebihan
suatu jenis enzym dan kurangnya transmisi syaraf tertentu. Tiba-tiba saja,
tubuh mencoba untuk mengembalikan keseimbangan didalamnya. Biasanya,
hal-hal yang ditekan/tidak dapat dilakukan tubuh saat menggunakan narkoba, akan
dilakukan secara berlebihan pada masa Gejala Putus Obat (GPO) ini.
Misalnya, bayangkan efek-efek yang menyenangkan dari
suatu narkoba dengan cepat berubah menjadi GPO yang sangat tidak mengenakkan
saat seorang pengguna berhenti menggunakan narkoba seperti heroin/putaw.
Contoh: Saat menggunakan seseorang akan mengalami konstipasi, tetapi GPO yang
dialaminya adalah diare, dll.
GPO ini juga merupakan ‘momok’ tersendiri bagi para
pengguna narkoba. Bagi para pecandu, terutama, ketakutan terhadap sakit yang
akan dirasakan saat mengalami GPO merupakan salah satu alasan mengapa mereka
sulit untuk berhenti menggunakan narkoba, terutama jenis putaw/heroin. Mereka
tidak mau meraskan pegal, linu, sakit-sakit pada sekujur tubuh dan persendian,
kram otot, insomnia, mual, muntah, dll yang merupakan selalu muncul bila
pasokan narkoba kedalam tubuh dihentikan.
Selain ketergantungan sel-sel tubuh, organ-organ vital
dalam tubuh seperti liver, jantung, paru-paru, ginjal,dan otak juga mengalami
kerusakan akibat penggunaan jangka panjang narkoba. Banyak sekali pecandu
narkoba yang berakhiran dengan katup jantung yang bocor, paru-paru yang bolong,
gagal ginjal, serta liver yang rusak. Belum lagi kerusakan fisik yang muncul
akibat infeksi virus {Hepatitis C dan HIV/AIDS} yang sangat umum terjadi di
kalangan pengguna jarum suntik.
DAMPAK MENTAL
Selain ketergantungan fisik, terjadi juga ketergantungan
mental. Ketergantungan mental ini lebih susah untuk dipulihkan daripada
ketergantungan fisik. Ketergantungan yang dialami secara fisik akan lewat
setelah GPO diatasi, tetapi setelah itu akan muncul ketergantungan mental,
dalam bentuk yang dikenal dengan istilah ‘sugesti’. Orang seringkali menganggap
bahwa sakaw dan sugesti adalah hal yang sama, ini adalah anggapan yang salah.
Sakaw bersifat fisik, dan merupakan istilah lain untuk Gejala Putus Obat,
sedangkan sugesti adalah ketergantungan mental, berupa munculnya keinginan untuk
kembali menggunakan narkoba. Sugesti ini tidak akan hilang saat tubuh sudah
kembali berfungsi secara normal.
Sugesti ini bisa digambarkan sebagai suara-suara yang
menggema di dalam kepala seorang pecandu yang menyuruhnya untuk menggunakan
narkoba. Sugesti seringkali menyebabkan terjadinya 'perang' dalam diri seorang
pecandu, karena di satu sisi ada bagian dirinya yang sangat ingin menggunakan
narkoba, sementara ada bagian lain dalam dirinya yang mencegahnya. Peperangan
ini sangat melelahkan... Bayangkan saja bila Anda harus berperang melawan diri
Anda sendiri, dan Anda sama sekali tidak bisa sembunyi dari suara-suara itu
karena tidak ada tempat dimana Anda bisa sembunyi dari diri Anda sendiri... dan
tak jarang bagian dirinya yang ingin menggunakan narkoba-lah yang menang dalam
peperangan ini. Suara-suara ini seringkali begitu kencang sehingga ia tidak
lagi menggunakan akal sehat karena pikirannya sudah terobsesi dengan narkoba
dan nikmatnya efek dari menggunakan narkoba. Sugesti inilah yang seringkali menyebabkan
pecandu relapse. Sugesti ini tidak bisa hilang dan tidak bisa disembuhkan,
karena inilah yang membedakan seorang pecandu dengan orang-orang yang bukan
pecandu. Orang-orang yang bukan pecandu dapat menghentikan penggunaannya kapan
saja, tanpa ada sugesti, tetapi para pecandu akan tetap memiliki sugesti bahkan
saat hidupnya sudah bisa dibilang normal kembali. Sugesti memang tidak bisa
disembuhkan, tetapi kita dapat merubah cara kita bereaksi atau merespon
terhadap sugesti itu.
Dampak mental yang lain adalah pikiran dan perilaku
obsesif kompulsif, serta tindakan impulsive. Pikiran seorang pecandu menjadi
terobsesi pada narkoba dan penggunaan narkoba. Narkoba adalah satu-satunya hal
yang ada didalam pikirannya. Ia akan menggunakan semua daya pikirannya untuk
memikirkan cara yang tercepat untuk mendapatkan uang untuk membeli narkoba.
Tetapi ia tidak pernah memikirkan dampak dari tindakan yang dilakukannya,
seperti mencuri, berbohong, atau sharing needle karena perilakunya selalu
impulsive, tanpa pernah dipikirkan terlebih dahulu.
Ia juga selalu berpikir dan berperilaku kompulsif, dalam
artian ia selalu mengulangi kesalahan-kesalahan yang sama. Misalnya, seorang
pecandu yang sudah keluar dari sebuah tempat pemulihan sudah mengetahui bahwa
ia tidak bisa mengendalikan penggunaan narkobanya, tetapi saat sugestinya
muncul, ia akan berpikir bahwa mungkin sekarang ia sudah bisa mengendalikan
penggunaannya, dan akhirnya kembali menggunakan narkoba hanya untuk menemukan
bahwa ia memang tidak bisa mengendalikan penggunaannya! Bisa dikatakan bahwa
dampak mental dari narkoba adalah mematikan akal sehat para penggunanya,
terutama yang sudah dalam tahap kecanduan. Ini semua membuktikan bahwa penyakit
adiksi adalah penyakit yang licik, dan sangat berbahaya.
DAMPAK EMOSIONAL
Narkoba adalah zat-zat yang mengubah mood seseorang
(mood altering substance). Saat menggunakan narkoba, mood, perasaan, serta
emosi seseorang ikut terpengaruh. Salah satu efek yang diciptakan oleh narkoba
adalah perubahan mood. Narkoba dapat mengakibatkan ekstrimnya perasaan, mood
atau emosi penggunanya. Jenis-jenis narkoba tertentu, terutama alkohol dan
jenis-jenis narkoba yang termasuk dalam kelompok uppers seperti Shabu-shabu,
dapat memunculkan perilaku agresif yang berlebihan dari si pengguna, dan seringkali
mengakibatkannya melakukan perilaku atau tindakan kekerasan. Terutama bila
orang tersebut pada dasarnya memang orang yang emosional dan bertemperamen
panas.
Ini mengakibatkan tingginya domestic violence dan
perilaku abusive dalam keluarga seorang alkoholik atau pengguna Shabu-shabu.
Karena pikiran yang terobsesi oleh narkoba dan penggunaan narkoba, maka ia
tidak akan takut untuk melakukan tindakan kekerasan terhadap orang-orang yang
mencoba menghalaginya untuk menggunakan narkoba. Emosi seorang pecandu narkoba
sangat labil dan bisa berubah kapan saja. Satu saat tampaknya ia baik-baik
saja, tetapi di bawah pengaruh narkoba semenit kemudian ia bisa berubah menjadi
orang yang seperti kesetanan, mengamuk, melempar barang-barang, dan bahkan
memukuli siapapun yang ada di dekatnya. Hal ini sangat umum terjadi di keluarga
seorang alkoholik atau pengguna Shabu-shabu. Mereka tidak segan-segan memukul
istri atau anak-anak bahkan orangtua mereka sendiri. Karena melakukan semua
tindakan kekerasan itu di bawah pengaruh narkoba, maka terkadang ia tidak ingat
apa yang telah dilakukannya.
Saat seseorang menjadi pecandu, ada suatu kepribadian
baru yang muncul dalam dirinya, yaitu kepribadian pecandu atau kepribadian si
junkie. Kepribadian yang baru ini tidak peduli terhadap orang lain,
satu-satunya hal yang penting baginya adalah bagaimana cara agar ia tetap bisa
terus menggunakan narkoba. Ini sebabnya mengapa ada perubahan emosional yang
tampak jelas dalam diri seorang pecandu. Seorang anak yang tadinya selalu bersikap
manis, sopan, riang, dan jujur berubah total mejadi seorang pecandu yang
brengsek, pemurung, penyendiri, dan jago berbohong dan mencuri.
Adiksi terhadap narkoba membuat seseorang kehilangan
kendali terhadap emosinya. Seorang pecandu acapkali bertindak secara impuls,
mengikuti dorongan emosi apapun yang muncul dalam dirinya. Dan perubahan yang
muncul ini bukan perubahan ringan, karena pecandu adalah orang-orang yang
memiliki perasaan dan emosi yang sangat mendalam. Para
pecandu seringkali diselimuti oleh perasaan bersalah, perasaan tidak berguna,
dan depresi mendalam yang seringkali membuatnya berpikir untuk melakukan
tindakan bunuh diri.
Perasaan-perasaan ini pulalah yang membuatnya ingin terus menggunakan, karena salah satu efek narkoba adalah mematikan perasaan dan emosi kita. Di bawah pengaruh narkoba, ia dapat merasa senang dan nyaman, tanpa harus merasakan perasaan-perasaan yang tidak mengenakkan. Tetapi… perasaan-perasaan ini tidak hilang begitu saja, melainkan ‘terkubur hidup-hidup’ di dalam diri kita. Dan saat si pecandu berhenti menggunakan narkoba, perasaan-perasaan yang selama ini ‘mati’ atau ‘terkubur’ dalam dirinya kembali bangkit, dan di saat-saat seperti inilah pecandu membutuhkan suatu program pemulihan, untuk membantunya menghadapi dan mengatasi perasaan-perasaan sulit itu.
Perasaan-perasaan ini pulalah yang membuatnya ingin terus menggunakan, karena salah satu efek narkoba adalah mematikan perasaan dan emosi kita. Di bawah pengaruh narkoba, ia dapat merasa senang dan nyaman, tanpa harus merasakan perasaan-perasaan yang tidak mengenakkan. Tetapi… perasaan-perasaan ini tidak hilang begitu saja, melainkan ‘terkubur hidup-hidup’ di dalam diri kita. Dan saat si pecandu berhenti menggunakan narkoba, perasaan-perasaan yang selama ini ‘mati’ atau ‘terkubur’ dalam dirinya kembali bangkit, dan di saat-saat seperti inilah pecandu membutuhkan suatu program pemulihan, untuk membantunya menghadapi dan mengatasi perasaan-perasaan sulit itu.
Satu hal juga yang perlu diketahui adalah bahwa salah
satu dampak buruk narkoba adalah mengakibatkan pecandu memiliki suatu retardasi
mental dan emosional. Contoh seorang pecandu berusia 16 tahun saat ia pertama
kali menggunakan narkoba, dan saat ia berusia 26 tahun ia berhenti menggunakan
narkoba. Memang secara fisik ia berusia 26 tahun, tetapi sebenarnya usia mental
dan emosionalnya adalah 16 tahun. Ada
10 tahun yang ‘hilang’ saat ia menggunakan narkoba. Ini juga sebabnya mengapa
ia tidak memiliki pola pikir dan kestabilan emosi seperti layaknya orang-orang
lain seusianya.
DAMPAK SPIRITUAL
Adiksi terhadap narkoba membuat seorang pecandu
menjadikan narkoba sebagai prioritas utama didalam kehidupannya. Narkoba adalah
pusat kehidupannya, dan semua hal/aspek lain dalam hidupnya berputar di
sekitarnya. Tidak ada hal lain yang lebih penting daripada narkoba, dan ia
menaruh kepentingannya untuk menggunakan narkoba di atas segala-galanya.
Narkoba menjadi jauh lebih penting daripada istri, suami, pacar, anak,
orangtua, sekolah, pekerjaan, dll.
Ia berhenti melakukan aktivitas-aktivitas yang biasa ia
lakukan sebelum ia tenggelam dalam penggunaan narkobanya. Ia tidak lagi
melakukan hobi-hobinya, menjalani aktivitas normal seperti sekolah, kuliah,
atau bekerja seperti biasa, bila sebelumnya ia termasuk rajin beribadah bisa
dipastikan ia akan menjauhi kegiatan yang satu ini, apalagi dengan khotbah
agama yang selalu didengar bahwa orang-orang yang menggunakan narkoba adalah
orang-orang yang berdosa.
Ini menyebabkan pecandu seringkali hidup tersolir, ia hidup dalam dunianya sendiri dan mengisolasi dirinya dari dunia luar, yaitu dunia yang tidak ada hubungannya dengan narkoba. Ia menjauhi keluarga dan teman-teman lamanya, dan mencari teman-teman baru yang dianggap sama dengannya, yang dianggap dapat memahaminya dan tidak akan mengkuliahinya tentang penggunaan narkobanya.
Ini menyebabkan pecandu seringkali hidup tersolir, ia hidup dalam dunianya sendiri dan mengisolasi dirinya dari dunia luar, yaitu dunia yang tidak ada hubungannya dengan narkoba. Ia menjauhi keluarga dan teman-teman lamanya, dan mencari teman-teman baru yang dianggap sama dengannya, yang dianggap dapat memahaminya dan tidak akan mengkuliahinya tentang penggunaan narkobanya.
Narkoba dianggap sebagai sahabat yang selalu setia
menemaninya. Orangtua bisa memarahinya, teman-teman mungkin menjauhinya, pacar
mungkin memutuskannya, bahkan Tuhan mungkin dianggap tidak ada, tetapi narkoba
selalu setia dan selalu dapat memberikan efek yang diinginkannya.
Secara spiritual, Narkoba adalah pusat hidupnya, dan
bisa dikatakan menggantikan posisi Tuhan. Adiksi terhadap narkoba membuat
penggunaan narkoba menjadi jauh lebih penting daripada keselamatan dirinya
sendiri. Ia tidak lagi memikirkan soal makan, tertular penyakit bila sharing
needle, tertangkap polisi, dll.
Adiksi adalah penyakit yang mempengaruhi semua aspek
hidup seorang manusia, dan karenanya harus disadari bahwa pemulihan bagi
seorang pecandu tidak hanya bersifat fisik saja, tetapi juga harus mencakup
ketiga aspek lainnya sebelum pemulihan itu dapat dianggap sebagai suatu
pemulihan yang sebenarnya.
RETARDASI
RETARDASI
Retardasi sering dikaitkan dengan keterbelakangan
mental. Seperti yang telah kita ketahui bersama, dalam dunia adiksi, penyakit
mempengaruhi fisik, mental, emosional, dan spiritual seseorang. Memang secara
fisik mungkin tidak terlalu kelihatan, tetapi ketiga aspek lainnya sudah sangat
terpengaruh. Bahkan seringkali dikatakan bahwa seorang pecandu usia mentalnya
akan berhenti pada usia saat dia mulai memakai drugs.
Katakanlah seorang pecandu mulai memakai drugs saat ia
berusia 16 tahun. Maka usia mentalnya adalah 16 tahun, meskipun saat ia masuk
kedalam pemulihan ia telah berusia 26 tahun. Bisa dikatakan ia mengalami
retardasi mental, emosional, dan spiritual. Memang keadaannya ini tidak seperti
keadaan para pasien down syndrome, yang retardasi mentalnya lebih jelas
terlihat, bahkan secara fisik, karena memiliki karakteristik fisik yaitu
Mongolian face. Tetapi tetap saja ini membuatnya tidak dapat berfungsi sebagai
manusia yang seutuhnya.
Retardasi yang dialami pecandu adalah ketidakmampuannya
berpikir dan membuat keputusan seperti layaknya orang-orang normal seusianya.
Kedewasaan emosionalnya juga mengalami retardasi, ia tidak sedewasa orang-orang
sekitarnya (yang bukan pecandu) dalam mengendalikan emosinya. Keadaan
spiritualnya apalagi. Dan kita sama sekali tidak membicarakan soal agama.
Spiritual disini lebih berarti hubungannya dengan dirinya sendiri, dengan
orang-orang disekitarnya, dan dengan apapun yang diyakininya.
Retardasi mental. Pola pikir pecandu seringkali tidak
mencerminkan usianya yang sebenarnya. Ini dikarenakan pemikiran pecandu
seringkali berpusat pada prinsip kesenangan. Ia luar biasa takut dengan
tanggung jawab. Ia juga tidak mampu untuk membuat suatu komitmen. Ia tidak
dapat membuat suatu komitmen yang bertanggung jawab.
Retardasi emosional. Pecandu tidak mampu mengendalikan
emosinya. Ia akan cenderung ekstrim dalam merasa dan mengungkapkan perasaan dan
emosinya, belum lagi ada mood swing yang bagaikan roller coaster yang dialami
oleh pecandu. Ia tidak memiliki kestabilan emosi yang dimiliki oleh orang-orang
seusianya.
Retardasi spiritual. Hubungan antara pecandu dengan
dirinya sendiri, atau dengan orang lain, apalagi dengan Kekuatan Lebih Tinggi
(apapun bentuknya) bisa dikatakan hampir tidak ada, atau kalaupun ada sama
sekali tidak sehat. Retardasi pada bayi-bayi junkie juga seringkali ditemukan.
Hal ini disebabkan ia juga terkena pengaruh dari narkoba yang dikonsumsi oleh
ibunya. (narkobaku.tripod)
ihhhhh nakutin amet sihhh
BalasHapusAwalnya memang nikmat, namun akibat nya sangat fatal. harus dibayar mahal dengan konsekwensi yang sangat berat...
BalasHapusTrimakasih pencerahannya